WPPNRI 712 merupakan salah satu daerah penangkapan ikan yang strategis di Indonesia
WPPNRI 712 yang meliputi perairan Laut Jawa, merupakan salah satu daerah penangkapan ikan yang strategis di Indonesia. Estimasi potensi sumber daya ikan di WPPNRI 712 mencapai 981,680 ton/tahun. Sumber daya ikan di WPPNRI 712 merupakan kekayaan alam yang terkandung di dalam air dan oleh sebab itu sudah seharusnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sumber daya ikan tersebut harus didayagunakan untuk mendukung terwujudnya kedaulatan pangan khususnya pasokan protein ikan yang sangat bermanfaat untuk mencerdaskan anak bangsa. Indonesia harus memastikan kedaulatannya dalam memanfaatkan sumber daya ikan di WPPNRI 712.
Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak dipakai untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan ekosistem yang terjadi di perairan pesisir pantai. Perubahan suhu yang ekstrim akan menyebabkan biota yang ada di pesisir pantai mengalami gangguan, dan akibat dari perubahan ini akan merubah tatanan ekosistem yang ada, salah satunya adalah perubahan area dari posisi perikanan tangkap akibat migrasi dari ikan-ikan yang terkena dampak secara tidak langsung dari perubahan suhu tersebut. Dalam kaitannya dengan fenomena alam tersebut peranan penginderaan jauh sangat menentukan karena teknologi ini mampu untuk menjawab permasalahan tersebut, dan teknologi ini memiliki keunggulan dalam mengcover area yang cukup besar serta ditunjang dengan kemampuan multi temporal sehingga teknologi ini merupakan jawaban yang tepat untuk dipakai dan dikembangkan.
Klorofil-a merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Kandungan pigmen fotosintesis (terutama klorofil-a) dalam air sampel menggambarkan biomassa fitoplankton dalam suatu perairan. Klorofil-a merupakan pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta semua organisme autotrof dan merupakan pigmen yang terlibat langsung (pigmen aktif) dalam proses fotosintesis. Jumlah klorofil-a pada setiap individu fitoplankton tergantung pada jenis fitoplankton, oleh karena itu komposisi jenis fitoplankton sangat berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a di perairan. Konsenrasi klorofil-1 di perairan berubah-ubah bergantung pada ketersediaan nutrient dan intensitas cahaya matahari, jumlah klorofil-a dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesuburan suatu perairan. Ketika kandungan nutrient di suatu perairan tinggi dan perairan memperoleh sinar matahari yang cukup maka konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut akan tinggi. Nutrien yang berada di permukaan umumnya merupakan nutrient dari dasar yang naik ketika terjadi upwelling, sehingga secara tidak langsung konsentrasi klorofil-a dapat dijadikan indikator terjadinya upwelling di suatu perairan. Salah satu manfaat mengetahui distribusi klorofil-a adalah untuk mengetahui daerah penangkapan ikan, terutama jenis ikan pelagis kecil.
Pada kedua gambar diatas merupakan hasil Peta Distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Peta Distribusi Klorofil-a pada musim barat di utara Laut Jawa tepatnya di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 712 (WPP NRI 712). Pada peta distribusi spasial suhu permukaan laut, dapat dilihat bahwa pada musim barat temperaturnya memiliki nilai maksimum dan nilai minimum . Sedangkan pada peta distribusi klorofil-a mimiliki nilai maksimum 1.183 mg/ dan nilai minimum 0.12 mg/ .
Hasil visualisasi menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di wilayah pesisir pantai cenderung lebih tinggi dibanding lepas pantai. Suhu permukaan laut di wilayah pesisir yang lebih tinggi, dikarenakan penurunan penyerapan intensitas cahaya matahari. Konsentrasi klorofil di pesisir pantai lebih tinggi dibanding lepas pantai. Penelitian Putra et al. (2012), menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai Laut Jawa lebih rendah dari perairan pesisir.
Tingginya konsentrasi klorofil-a di wilayah pesisir diduga terjadi karena akumulasi zat hara yang dibawa oleh aliran sungai menuju perairan laut di wilayah pesisir. Angin musim Barat berhembus dari Laut Cina Selatan masuk ke Selat Karimata kemudian melalui pantai Utara Jawa menuju Laut Flores dan Laut Banda. Sesuai pernyataan Setiawan et al. (2013), angin yang membawa massa udara dingin menyebabkan tekanan udara rendah sehingga berdampak pula pada rendahnya suhu permukaan laut. Idealnya, seperti pernyataan Wetzel (2001) ,suhu permukaan laut yang tinggi, akan berpengaruh pada tingginya fotosintesis sehingga klorofil-a yang didapat cenderung tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelimpahan klorofil-a diantaranya yakni arus, angin (Ayuningsih et al., 2014), nitrat, phospat (Meyer et al., 2016), nutrien dan intensitas cahaya matahari (Effendi et al., 2012). Arus dan angin berpengaruh pada distribusi dan kelimpahan fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil-a. Nitrat dan phospat berperan sebagai faktor pembatas dalam kelimpahan konsentrasi klorofil-a yang pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.
Pada Jurnal yang berjudul “Daerah Potensi Penangkapan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Laut Jawa Berdasarkan Satelit Aqua Modis” yang ditulis oleh Irma Dwi Maulinan Imam Triarso dan Kukuh Eko Prihantoko terdapat data observasi lapangan, suhu permukaan laut di perairan Laut Jawa di sebelah Utara Kota Pekalongan pada bulan Oktober 2018 berfluktuatif pada kisaran 29,5 C hingga 31,5 C. Sedangkan konsentrasi klorofil-a bervariasi pada kisaran nilai 0,4 mg/ hingga 1,86 mg/ . Pada hasil data lapangan ini tidak bisa langsung diambil kolerasinya karena tahun dan bulan yang berbeda dari hasil 20 lapangan dengan data citra satelit yang diolah, tetapi hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda. Terjadi beberapa perbedaan walau sedikit dari nilai citra satelit dan hasil observasi lapangan dikarenakan pada pengolahan data citra bisa saja terjadi kesalahan perhitungan dan ada beberapa data yang kosong maka dari itu ada beberapa hasil yang jauh sekali dari hasil lapangannya.
Tetapi banyak juga kelebihannya menggunakan citra satelit karena akan lebih menghemat waktu dan biaya dengan pengolahan yang cukup mudah. Kita bisa langsung mengetahui berapa suhu permukaan laut dan klorofil-a pada suatu perairan di dunia dengan menggunakan citra satelit tanpa harus mengambil datanya secara langsung. Pengaruh suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap kesuburan perairan di daerah Laut Jawa tepatnya di WPP NRI 712. Kesuburan perairan menunjukan bahwa distribusi ikan pelagis dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dan pada klorofil-a sendiri tidak langsung menaikan tangkapan ikan pelagis, akan tetapi membutuhkan beberapa waktu sehingga klorofil yang ada telah dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai sumber makanan. Pada Musim Barat (DJF) menghasilkan tangkapan 50.000 kg — 140.000 kg ikan pelagi kecil (ikan tembang), tetapi hasil ini tidak sebesar pada Musim Peralihan (Maret-Mei) yang menghasilkan tangkapan 50.000 kg — 250.000 kg ikan pelagis kecil (ikan tembang).
Pada gambar hasil SPL dan Klorofil-a pada musim timu menunjukan bahwa peta distribusi spasial suhu permukaan laut, dapat dilihat bahwa pada musim barat temperaturnya memiliki nilai maksimum 32.9075 C dan nilai minimum 27.5099 C. Sedangkan pada peta distribusi klorofil-a mimiliki nilai maksimum 0.768 mg/ dan nilai minimum 0.312 mg/ . Hasil visualisasi menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di wilayah pesisir pantai cenderung lebih tinggi dibanding lepas pantai. Suhu permukaan laut di wilayah pesisir yang lebih tinggi, dikarenakan penurunan penyerapan intensitas cahaya matahari.
Konsentrasi klorofil di pesisir pantai lebih tinggi dibanding lepas pantai Arus dan angin berpengaruh pada distribusi dan kelimpahan fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil-a. Nitrat dan phospat berperan sebagai faktor pembatas dalam kelimpahan konsentrasi klorofil-a yang pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.
Pengaruh suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap kesuburan perairan di daerah Laut Jawa tepatnya di WPP NRI 712. Kesuburan perairan menunjukan bahwa distribusi ikan pelagis dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dan pada klorofil-a sendiri tidak langsung menaikan tangkapan ikan pelagis, akan tetapi membutuhkan beberapa waktu sehingga klorofil yang ada telah dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai sumber makanan. Pada Musim Timur (JJA) menghasilkan tangkapan
Kesimpulan:
Idealnya, seperti pernyataan Wetzel (2001) ,suhu permukaan laut yang tinggi, akan berpengaruh pada tingginya fotosintesis sehingga klorofil-a yang didapat cenderung tinggi.. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelimpahan klorofil-a diantaranya yakni arus, angin (Ayuningsih et al., 2014), nitrat, phospat (Meyer et al., 2016), nutrien dan intensitas cahaya matahari (Effendi et al., 2012). Arus dan angin berpengaruh pada distribusi dan kelimpahan fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil-a. Nitrat dan phospat berperan sebagai faktor pembatas dalam kelimpahan konsentrasi klorofil-a yang pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.
Pengaruh suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap kesuburan perairan di daerah Laut Jawa tepatnya di WPP NRI 712. Kesuburan perairan menunjukan bahwa distribusi ikan pelagis dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dan pada klorofil-a sendiri tidak langsung menaikan tangkapan ikan pelagis, akan tetapi membutuhkan beberapa waktu sehingga klorofil yang ada telah dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai sumber makanan. Pada Musim barat lebih banyak jumlah tangkapan ikan di daerah WPP 712 dibandingkan pada Musim Timur, tetapi paling banyak tangkapan ikan terjadi pada Musim Peralihan.
Sumber:
Teknologi Bandung. Maulina,I.D,dkk. 2019. Daerah Potensi Penangkapan Ikan Tembang di Laut Jawa. Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol. 15 №1 : 32–40.
Kurniawati, F., et al, 2015, Praduga Zona Potensi Penangkapan Ikan pelagis Kecil di Daerah Periaran Laut Jawa Pada Msuim Barat dan Musim Timur dengan Menggunakan Citra Aqua Modis. Jurnal Geo Image 4(2): 9–19.
Rasyada, Amrina. 2017. Google Earth Engine. Diakses pada laman https://www.pelagis.net/blog/google-earth-engine-terobosan-baru-dalam-teknologiremote-sensing/353/ pada Selasa, 13 April 2021 pukul 22.30 wib.
Bootupacademy. 2019. JavaScript. Diakses pada laman https://bootup.ai/blog/javascriptadalah-berikut-penjelasan-fungsi-dan-cara-kerjanya/ pada Rabu, 14 April 2021 pukul 21.30 wib